Latar belakang seseorang dapat menentukan lahirnya sebuah ide desain, seperti halnya pada sebuah rumah yang terletak di Cimahi, Jawa Barat. Tim arsitek menggali terlebih dahulu cerita dan latarbelakang pemilik rumah, sebelum memulai membuat konsep desain rumahnya.
Mengetahui bahwa kliennya pernah tinggal di perkampungan kota dengan kepadatan yang cukup tinggi, maka tim arsitek menawarkan sebuah ide untuk mendapatkan pengalaman yang sama di rumah baru mereka. Kampung kota merupakan suatu bentuk pemukiman yang berada di wilayah perkotaan dan berciri khas Indonesia. Penduduk kampung kota memiliki sifat dan perilaku seperti kehidupan pedesaan yang memiliki ikatan kekeluargaan yang erat.
Desain rumah tinggalnya terinspirasi dari tatanan perkampungan di kota dengan kebutuhan ruang hijaunya. Pengalaman kliennya dipadukan dengan minat menghadirkan ruang hijau akhirnya menjadi ide utama dalam mendesain rumah ini. Arsitek menerjemahkan ide tersebut ke dalam desain massa dengan denah yang terfragmentasi di dalam rancangan interior dan eksteriornya.
Setiap massa dipisahkan oleh void dan ruang hijau, sekaligus untuk meningkatkan iklim mikro dengan adanya skylight dan lorong ventilasi di dalam rumah. Strategi tersebut ternyata dapat meningkatkan interaksi sosial antar penghuni dari setiap kamar tanpa mengganggu privasi. Koridor yang menghubungkan setiap kamar tidur tidak hanya digunakan untuk sirkulasi saja tetapi mendukung semua kegiatan penghuni melakukan interaksi sosial sebagaimana saat mereka tinggal di kampung kota.
Kesan pertama dari rumah yang berdiri di atas lahan seluas 200 meter persegi tersebut terlihat pada area pintu masuk yang merepresentasikan pengalaman ruang pada kampung kota. Di sana kesannya seolah-olah berantakan dengan berbagai tekstur material, seperti dinding bata yang khas dengan penataan sedemikian rupa, jendela bekas dan pintu yang terbuat dari kayu bekas serta kamprot kasar. Diperkuat oleh kesan outdoor yang teduh dengan penerangan skylight, angin yang berhembus dan ruang terbuka hijau.
Kemudian dari zona ini terlihat bahwa area hijau di seberangnya terbingkai oleh ruang utama ditata dengan desain open plan. Ruang utama untuk kegiatan keluarga tersebut berdampingan dengan ruang hijau pada area tangga dan koridor penghubung. Pada dasarnya ruang publik di dalam rumah ini merupakan ruang outdoor yang teduh.
Area hijau juga diterapkan pada eksteriornya menggunakan beberapa fasad planter box pada bagian depan dan belakang yang merupakan bagian dari kamar anak. Pemilik rumah ingin memiliki halaman belakang yang luas untuk berbagai kegiatan keluarga di alam terbuka, dan tim arsitek mewujudkannya dengan membuat sebuah area hijau yang terhubung langsung dengan ruang utama. Kebutuhan halaman belakang yang besar membuat penempatan massa terfokus di area tengah, yang seolah satu massa namun terfragmentasi sebagai solusi dari pencahayaan dan penghawaan alami untuk masing-masing ruang di dalamnya sebagai representasi dari sebuah kampung kota yang organik.
UPVC double layer yang biasanya digunakan untuk atap digunakan untuk material fasad, selain lebih ringan juga tahan terhadap cuaca karena anti rembes. Bata ekspos untuk fasad yang ditata sedemikian rupa sehingga memiliki celah untuk sirkulasi udara, hal ini karena batu bata ekspos semakin lama bisa menjadi lebih cantik dan natural pada iklim tropis.
Penulis : Denyza Sukma
Fotografer : Mario Wibowo
Lokasi : Cimahi, Bandung
Lead Architect : Ismail Solehudin
Engineering : Ismail Solehudin, Tatang Sumpena, Hendi Suwandi
Landscape : Aquino Krishadi