Ketika bangunan Gereja Kristus Yesus Greenville akan direnovasi ruang dalamnya, Arsitek mempertimbangkan eksistensi arsitekturnya yang memiliki massa geometris dengan aksen-aksen pointed arch layaknya gereja tua. Pembaruan pada desain interiornya dilakukan dengan mempertahankan bentuk yang ada, sehingga terlihat harmoni dan lebih segar.
Gereja yang dibangun pada akhir tahun 1970-an bergaya Postmodern, dipenuhi oleh material keramik warna krem pudar dan profil berpundak pada fasadnya yang khas. Renovasi desain interior dilakukan dengan metode pengulangan bagian elemen eksterior ke ruang dalam dengan mengambil konsep dasar desainnya yang dieksekusi menjadi lebih modern.
Bangunan ibadah memiliki tata ruang yang spesifik. Mulai dari lobi penerima utama, jemaat diarahkan untuk menuju ke ruang kebaktian, atau ruang serbaguna, area lounge, perpustakaan dan koperasi. Terdapat repetisi kolom-kolom baru yang menyatukan dengan kolom bangunan sebelumnya, melengkung pada bagian atasnya dan menciptakan pola menerus di sepanjang ruang lobi.
Pada renovasi lantai eksisting seluas 256 m2 tetap dipertahankan agar menyatu dengan keseluruhan ruang gereja lainnya. Nuansa warna di dalam lobi yang putih keabu-abuan dipilih untuk menyelaraskan warna interior dan eksteriornya. Pewarnaan dicapai melalui penggunaan material dan cat yang serupa. Pertemuan antara material eksisting dan elemen interior baru diberi perantara berupa artificial stone dari phomi.
Konsep pencahayaannya dilakukan untuk menerangi bentuk-bentuk kolom yang melengkung, kemudian ditambah downlight pada bagian tengah plafon. Celah antara dinding dan kolom besar diberi lampu led strip untuk highlight dengan menggunakan lampu berwarna mengimbangi nuansa gereja yang terbilang agak dingin.
Di dalam gereja terdapat perpustakaan seluas 80 m2 yang dapat menampung kegiatan 20 orang duduk membaca, belanja dan meminjam buku. Konsepnya reading sanctuary, dimana orang akan merasa tenang dalam beraktivitas di perpustakaan. Bentuk logo gereja dan pointed arch diaplikasikan pada handle pintu kaca dan detil lasercut pada pot tanaman. Pola batik kawung diterapkan pada pintu kabinet di belakang meja kasir.
Suasana perpustakaan didesain warna gelap untuk mendapat kesan tenang dan privat, dilengkapi material kayu warna terang pada bagian lantai dan panggung membacanya. Penerangan perpustakan memanfaatkan cahaya matahari pada siang hari dan lampu untuk menyorot rak-rak buku yang berkesan kontemporer.
Area lounge yang berfungsi sebagai ruang penghubung antara lobi dengan perpustakaan dan fasilitas toilet jemaat, dilengkapi kursi untuk jemaat beristirahat selesai ibadah. Area lounge dan perpustakaan menggunakan lantai kayu dan dinding pembatas kaca sehingga efeknya tampak menyatu dan terang.
Penulis : Bambang Tris
Arsitek : Joddy Jeremy
Tim arsitek : Nathan Dwi Kusnadi, Slamet Saefudin
Kolaborator : Michelle Sugeng
Fotografer : MWP Studio – Mario Wibowo
Kontraktor : Odyca Bangun Pratama