Asrinesia.com – Puncak penyelenggaraan Onduline Green Roof Awards (OGRA) 2023 ASIA telah usai pada 29 November 2023. Kompetisi terbuka yang pendaftarannya mulai pada 4 April 2023 lalu diperuntukan bagi arsitek perorangan dan proyek, desainer, pengembang properti dan pelaksana konstruksi yang ingin membuat perubahan besar dan inovatif di dunia arsitektur Asia.
Ini adalah sayembara OGRA keenam kalinya sepanjang 10 tahun terakhir ini yang diselenggarakan sebagai kompetisi regional, dan pertama kalinya diselenggarakan di level Asia, yang mencakup Indonesia, India, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam.
Acara ini dihelat lewat kolaborasi Onduline dengan asosiasi besar yaitu Green Building Council Indonesia (GBCI), Philippines Green Building Council, Malaysia Green Building Council dan Indian Green Building Council.
Bertemakan: Tropical Passive Roof Design for Low Energy Houses menjadi keunikan sekaligus tantangan bagi para peserta professional, untuk mengimajinasikan kembali hunian ideal dengan menempatkan kenyamanan tata cahaya dan udara, serta dekor keseluruhan interior-eksterior sebagai kesatuan yang padu dalam fungsional sebuah ruang.
Onduline Indonesia bersama Onduline Group telah memilih lima pemenang utama, yang menjadi representasi karya terbaik diantara lebih dari 700 peserta yang berpartisipasi.
Peserta dari Indonesia tercatat paling banyak memasukkan karyanya, diikuti Filipina dan Vietnam. Dari seluruh karya yang lolos seleksi, ada 15 karya desain lanjut ke babak berikutnya.
Kompetisi yang menampilkan juri dari Onduline Asia Pacific Director Onduline Olivier Guilluy, Ketua GBCI Iwan Prijanto, Prinsipal Archimetric Architect Ivan Priatman, serta Arsitek dan Perencana Kota asal Filipina Felino ‘Jun’ Palafox Jr., mengurasinya menjadi Top 6, hingga ditentukan lima karya desain terbaik sebagai pemenang OGRA 2023 ASIA.
Pemenangnya terdiri dari Juara 1, The Green Passage, Indonesia ; karya Arsitek Tobias Kea Suksmalana. Juara 2, Jaro Ngaso, Indonesia ; karya Arsitek Prayoga Arya. Juara 3, Mahawa-The Breathing House, Indonesia ; karya Arsitek Sahlan. Juara 4, Tropicool Roof, Indonesia ; karya Arsitek Dwi Nurul Ilmih dan Juara 5, Padi Dhara, Indonesia ; karya Arsitek Partogi.
Tobias Kea Suksmalana (33) dari D.I. Yogyakarta berhasil yang berhsil meraih juara pertama OGRA 2023 ASIA, memaparkan tentang desainnya. Tobias memanfaatkan momen renovasi sebuah rumah di Kampung Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, sebagai studi desainnya. Arsitektur tradisional menjadi prinsip dasar rancangan desain yang mengedepankan passive design dan zero energy sebagai tema besar kompetisi.
“Tahun ini kami mengangkat tema kompetisi bagaimana desain bangunan tersebut cocok diaplikasikan untuk daerah tropis. Kompetisi ini bukan sekadar sayembara, tetapi berharap ada value dan dampak terhadap hidup manusia karena hampir 80 persen hidup kita berada dalam bangunan,” ujar Ketua Sayembara OGRA 2023 ASIA, Reissa Siregar, dalam Konferensi Pers Winner Announcement OGRA 2023 ASIA di Tangerang, Rabu (29/11/2023).
Penilaian proyek masih berdasarkan sejumlah kriteria yang dianggap paling mempengaruhi keberlanjutan sebuah bangunan dan kehidupan manusia di dalamnya. Yaitu, perancangan rumah tinggal yang berorientasi passive design dan clean energy, yaitu rancang bangun yang responsif terhadap iklim lokal dan memanfaatkan energi alternatif yang berasal dari energi terbarukan untuk mengurangi beban biaya energi dan dapat mendinginkan bangunan, serta penggunaan material yang bersifat renewable/reuse/ISO 14001 (environmental friendly material).
“Proses penjurian dilakukan secara transparan dan fair dengan tidak menampilkan identitas peserta kepada juri. Kami hanya lampirkan nomor peserta dan nomor karya desainnya. Jadi semua juri, tanpa terkecuali, tidak mengetahui karya yang sedang dinilai tersebut berasal dari negara mana. Negara asal baru diketahui setelah ditentukan nomor berapa saja yang masuk dalam Top 6,” ungkap Reissa.
Indonesia Menonjol
Menurut Onduline Asia Pacific Director Onduline Olivier Guilluy yang menjadi salah satu anggota juri dalam OGRA 2023 ASIA ini, peserta dari Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan mutunya semakin baik dan terbukti bisa menyabet seluruh podium penghargaan kali ini.
“Siapapun bisa berkontribusi dalam mendukung pembangunan yang keberlanjutan, termasuk Indonesia. Yang terpenting kita bisa mengintegrasikan berbagai ide desain demi manfaat yang lebih besar untuk manusia dan lingkungannya,” tuturnya.
“Arsitek dan profesi arsitektur lainnya merupakan bagian penting untuk pertumbuhan bisnis kami. Mereka sangat memahami komitmen kami mengenai bangunan dan material ramah lingkungan yang membawa dampak positif terhadap bumi. Tujuan akhir kompetisi ini bukan award melainkan membangun dunia lebih baik. Maka itu, kami memilih karya desain bangunan yang memihak pada alam dan manusia, dengan tetap mempertahankan sisi estetiknya,” tutur Country Director Onduline Indonesia, Esther Pane.
Ketua GBCI Iwan Prijanto menyatakan, penilaian karya sangat mempertimbangkan potensi rancang atap yang mudah diterapkan, selain memenuhi kriteria sehat, nyaman, estetik dan ramah lingkungan. Menurutnya, sudah semestinya para arsitek dan desainer Indonesia melahirkan solusi perancangan yang tidak hanya berputar di situ-situ saja. Sebab, kota-kota dunia tidak lagi berlomba untuk menunjukkan kemegahan, melainkan menunjukkan kecerdasan khususnya dalam menggunakan dan mengelola sumber daya.
Sementara itu Prinsipal Architect Archimetric Ivan Priatman mengatakan, Selama ini paling besar penggunaan energi pada bangunan disebabkan oleh proses-proses menciptakan iklim buatan dalam ruangan melalui pemanasan, pendinginan, ventilasi dan pencahayaan. Konsumsi energi umumnya memakan minimal 25% dari total biaya operasional.
“Konsep bangunan hemat energi memang memungkinkan biaya pembangunan besar di awal, namun dengan mendorong penghuni untuk menggunakan analis biaya siklus, mereka dapat melihat keuntungan dari rumah hemat energi dalam jangka panjang, baik secara biaya operasional maupun biaya pemeliharaan,” ujarnya.
Di sisi lain, Arsitek dan Perencana Kota asal Filipina Felino ‘Jun’ Palafox Jr mengatakan,“Karya yang masuk sangat beragam. Potensinya luar biasa. Artinya lomba desain Onduline Green Roof Awards ini sudah memberikan ruang bagi karya inovatif dan kreatif profesional arsitek yang konsen dengan bangunan respek terhadap green architecture. Karya peserta harus mampu menerjemahkan muatal lokal, cara-cara efektif untuk mengurangi kebutuhan energi seperti orientasi tempat yang baik, kekedapan udara, jendela berperforma tinggi, peralatan hemat energi dan sebagainya,” tutupnya.