Pulau Penyengat di Tanjung Pinang merupakan pusat pemerintahan kerajaan Melayu Riau Lingga yang wilayahnya meliputi Singapura, Johor dan Pahang pada awal abad ke-19. Pulau ini adalah satu satunya yang menjadi mas kawin/mahar dari seorang sultan kerajaan Melayu kepada istrinya. Pulau Penyengat juga merupakannsatu satunya kelurahan di Indonesia yang memiliki 46 situs Cagar Budaya Nasional.
Berkaitan dengan Pulau Penyengat, Asisten Deputi (Asdep) Pengembangan Wisata Budaya Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kementrian Pariwisata, bekerjasama dengan Dinas Budaya dan Pariwisata (Dishubdar) Tanjung Pinang mengadakan acara Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Wisata Sejarah dan Warisan Budaya I di Tanjung Pinang.
Bimtek yang akan berlangsung dua hari 23 – 24 Januari 2019 ini difokuskan pada potensi wisata di Pulau Penyengat, dilaksanakan di Balai Adat Indera Perkasa Pulau Penyengat. Acara ini diikuti oleh Kelompok Sadar Wisata, pemerhati pariwisata dan komunitas yang ada di Pulau Penyengat.
Acara pembukaan dihadiri oleh Raja Kholidin, S.Sos. sebagai Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Tanjung Pinang, dan Dra. Anna Sunarti, MM. sebagai Kepala Bidang Wisata Sejarah dan Warisan Budaya, Asdep Pengembangan Wisata Budaya, Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan, Kementrian Pariwisata.
Dalam sambutannya Raja Kholidin, S,sos, mengatakan, “Hampir 60 persen wisatawan datang ke Tanjung Pinang karena wisata budaya dan alamnya. Tetapi belum dikelola dengan maksimal, potensi yang luar biasa ini jangan sampai tertinggal. Demikian juga dengan Pulau Penyengat, walau potensi belum tergarap dengan baik kita harus bisa mendatangkan para wisatawan. Mudah mudahan dengan adanya Bimtek ini kita siap dengan perubahan. Di Bimtek ini apa, selain menyerap ilmu para peserta harus berani menuangkan apa yang menjadi kendala atau kesulitan yang dihadapinya.
Sedangkan Ana mengatakan, “Potensi wisata Pulau Penyengat lebih banyak religi, tradisi seni budaya dan permainan gasing. Masing masing potensi wisata tersebut memerlukan keterangan yang lebih mendalam. Maka dengan demikian Bimtek ini memberikan pendidikan kepada 30 calon guide untuk menerangkan potensi wisata yang ada di Pulau Penyengat.”
Acara yang bergaya lesehan ini dipandu oleh tiga narasumber yaitu Wiwien T. Wiyonoputri, Almely Melviana, dan Raja M. Syafarullah yang membahas Produk Parawisata, Jasa dan Pelayanan dan Interpreter dengan modul dasar dasar Intepretasi, definisi, prinsip, bentuk dan media serta perencanaan. Selain itu juga disampaikan strategi pengembangan produk dan penetrasi pasar.
Bimtek ini banyak diapresiasi dan mendapatkan tanggapan yang positif dari para peserta. Mereka berharap, dengan adanya Bimtek ini pariwisata Pulau Penyengat lebih bergaung lagi.