Keinginan pemilik membeli properti di kawasan Menteng Jakarta untuk dapat eksis dan menyatu dengan suasana lingkungan Cikini lama, dilakukan dengan mengolah tata ruang dan fasad bangunannya untuk mendapatkan atmosfir kantor yang nyaman di tengah kepadatan.
Saat membeli lahan ini, pemilik lebih mempertimbangkan lokasi dengan harapan masih mendapat atmosfir heritage Cikini lama yang romantis. Kondisi lahan seluas 400 m2 dengan lebar sisi depan hanya 9 meter, terletak diantara bangunan setinggi delapan lantai. Inilah tantangan Arsiteknya, Danang Triratmoko, dalam mengolah massa dan arsitekturnya agar sesuai ketentuan di kawasan heritage Menteng yang ketat.
Dengan Koefisian Lantai Dasar Bangunan (KDB) yang hanya 50% dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 3 (tiga), bangunan tujuh lantai ini bila dibagi rata tiap lantainya, hanya mendapatkan ruang yang lebih kurang luasnya 170 m2. Luas tersebut sangat tidak efisien mengingat terdapat fasilitas penunjang yang harus dipenuhi untuk sebuah bangunan tinggi seperti tangga, lift dan sirkulasi. Walaupun pemilik cukup memahami masalah ini, tetapi sebagai arsitek tetap berusaha mengolah massa bangunan agar ruang yang didapat cukup nyaman untuk sebuah kantor pengacara dan notaris + ppat. Pada akhir perencanaan masih didapat ruang atau lantai yang dapat dimanfaatkan untuk kantor lain dan cafe di mezanin dibawah manajemen yang sama.
Yang menjadi tantangan dalam perencanaan ini, adalah sulit dalam mengolah massa bangunan agar efisien, karena lahan yang awalnya merupakan rumah tinggal menyatu dengan bangunan kantor bank delapan lantai di sisi kirinya. Sisa bangunan berupa rumah berlanggam ‘Indish Empire Style’ memiliki teras berkanopi dari metal dengan konsol dari ukiran besi tempa. Elemen inilah yang kemudian dimanfaatkan dan dibuat replikanya untuk tampil lagi pada bangunan baru.
Fasad depan untuk skala kota dirancang menjadi dua bagian, lantai dua sampai dengan lantai enam berlanggam Modern Empire Style dengan latar belakang clear reflected glass sampai dengan lantai tujuh. Sementara lantai mezanin kebawah untuk skala manusia, menampilkan langgam arsitektur rumah sebelumnya dalam sentuhan kekinian dengan warna lebih gelap.
Penyelesaian masalah yang dihadapi dalam perencanaan antara lain; Pencahayaan, karena bangunan yang rapat tujuh lantai menghadap ke timur. Bangunanpun dirancang menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh void sebagai sumber cahaya tambahan bagi ruangan kerja.
Penyelesaian bidang depan kantor agar bisa tampil di area bangunan yang saling berhimpitan, sebagian massa bangunan pada sisi depan dibuat jarak dengan bangunan tetangga, sehingga terkesan terpisah dengan tetangga dalam tampilan arsitektur yang berbeda
Penghijauan pada lahan yang terbatas walaupun masih tersisa ruang terbuka cukup, tapi sulit dimanfaatkan untuk view yang cantik. Maka dirancang sedemikian rupa dengan mempertahankan pohon pelindung besar existing di depan dan memanfaatkan atap di dua lantai teratas untuk taman atap (roof garden), pada lantai tujuh yang digunakan Board of Director dan full lantai atap di atasnya.
Jumlah parkir kendaraan secara peraturan sudah terpenuhi, tetapi pada prakteknya kebutuhan lahan parkir ini bisa saja kurang, sehingga diputuskan menggunakan rotary parking yang dapat menampung sepuluh kendaraan tambahan.
Graha Cikini Boutique Office ini berhasil menyabet Penghargaan Kategori Bangunan Komersial pada event Awarding Night IAI Jakarta Award 2020, pada Juni 2021.
Arsitek : Danang Triratmoko, IAI, AA + Didi Haryadi, IAI,AA
Interior : Arya Triadi, M.Arch, B.Envs
Façade : Arwin Amir + Edy Sukiswan
Lanskap : Lukas Budiono + Arya Triadi, M.Arch,B.Envs
Fotografer : Sonny Sandjaya