Kayu bekas bantalan rel kereta api itu tersusun rapi menghiasi fasad sebuah rumah tinggal bergaya minimalis. Pemilik rumah yang keduanya arsitek, menyebutnya sebagai rumah Industrial Tropikal, Kesan bangunan industri terlihat dari fasad yang “maskulin” dan detail atas sebagi konstruksi penahan bentangan sepanjang 12 meter.
Dari penuturan pemilik rumah, kebutuhan ruangnya cukup dua lantai saja, namun disiapkan ruang untuk mengantisipasi apabila membangun sampai tiga lantai. Ruang dalam dengan ketinggian plafon 7.40 meter, agar sirkulasi udara dapat mengalir dengan leluasa. Pasangan arsitek ini sangat menyenangi desain serba minimalis yang simpel. Kesan “dingin” dari gaya minimalis, diimbangi unsur kayu, yang memberi kesan hangat.
Area ruang keluarga yang terletak di lantai satu, dirancang menyatu dengan ruang makan dan teras belakang memiliki void setinggi 7.40 m pada bagian belakang yang tanpa atap seakan di luar bangunan. Bagian lain ditutup kaca sebagai filter menahan ultra violet sinar matahari yang masuk sepanjang hari. Ruang ini terasa lapang, terang dan segar dengan mebel fungsional dari kayu trembesi.
Taman belakangnya menyatu dalam ruang keluarga dan ruang makan yang menyejukan pemandangan. Jenis tanaman yang dipilih untuk tipe taman mungil, seperti anggrek yang tahan lama dan selalu berbunga.
Ruang tidur utama dan ruang tidur tamu terletak pada lantai satu untuk menghindari penghuni naik turun tangga dan agar lebih terasa nyaman. Bangunan ini dirancang tanpa garasi, dianggap cukup dengan sistem carport. Dengan dapur yang tidak terlalu luas yang diletakkan pada bagian depan.
Sudut Spot Foto
Ayunan yang tergantung di ruang yang luas ini menjadi aksen utama dengan latar dinding berlapis bantalan rel kereta api. Sudut ini tak lepas dari tren kekinian yang Instagramable. Spot-spot dibuat untuk dimanfaatkan berswafoto oleh teman yang berkunjung. Ayunan gantung ini dirantai yang mengekang geraknya agar hanya bergerak ke arah samping saja.
Pemilik rumah ingin tema industri pada rumahnya, maka sebagian dindingnya didesain kotak-kotak besar 2.50 x 1.40 m dengan lobang-lobang untuk penguat kesan arsitektur industrial. Untuk penerangannya memakai lampu LED yang hemat energi
Dua kamar tidur anak terletak di lantai dua berupa mesanin, dengan penghubung ke ruang koleksi kedua putri mereka. Di ruang anak yang menghadap ke arah jalan di depan rumah, memiliki pemandangan pohon yang hijau membentang, membuat mata segar. Semua ruang tidur ini berkesan simpel dan maskulin, sesuai dengan gaya rumah industrial. Di lantai tiga rumah tropis minimalis ini, difungsikan untuk perpustakaan dan ruang hobi, yang area luarnya untuk teras serba guna. Dengan menggunakan banyak material alami, rumah yang berdesain gaya Industrial Tropikal ini terlihat akrab dengan alam sekitar.
Penulis : Reny Sudarmadi
Fotografer : Don Rico
Principle Architect : Eddy Wijaya
Architect in Charge : Kelly