TENTANG ARAHMAIANI
Karya-karyanya banyak berbicara tentang problematika, polemik, dan refleksi terhadap budaya kontemporer, politik, seksualitas, lingkungan hidup, spiritualitas, dan pengaruh kapitalisme global yang terjadi, khususnya di Indonesia. Arahmaiani muda adalah orang yang vokal terhadap isu politik, terlebih di masa Orde Baru ketika seniman sering kali terbentur dengan aturan-aturan autoritarian yang mengekang kebebasan berekspresi. Beliau pernah berurusan dengan hukum dan aparat keamanan lantaran menulis puisi kritis di jalanan saat hari kemerdekaan. Walaupun jenjang akademiknya tergolong panjang dan lengkap, Arahmaiani mengaku bahwa perjalanan pemikiran dan kekaryaannya banyak juga dipengaruhi oleh orang-orang yang tidak sengaja ditemuinya, seperti pertemuannya dengan hippies di Australia yang menginspirasinya berkeliling pulau Jawa untuk menyinggahi dan meneliti bangunan candi-candi peninggalan Hindu-Buddha Kuno, dan pertemuannya dengan W.S Rendra yang memberikannya dua buku: kitab Sastra Jawa Pararaton dan Divine Comedy yang ditulis oleh Dante Alighieri.
Beberapa karyanya menonjolkan hibriditas identitas. Arahmaiani sendiri juga tidak menampik ‘sinkretisme’ semacam ini. Sebagai seseorang yang dibesarkan dengan pengaruh Islam juga Hindu-Buddha, ia merasa bahwa hibriditas seperti itu sudah ada dalam tubuhnya. Jejak-jejak hibriditas itu bisa dilihat dalam karyanya, seperti Lingga-Yoni, Jawi, juga Handle Without Care.
Selain penampilan seni langsung yang dapat dinikmati publik terbatas, karya-karya Arahmaiani berjudul “Mindmap” yang ditampilkan di ICAD 2021 masih dapat dinikmati hingga 28 November 2021 di grandkemang Hotel Jakarta.
Dalam mind-map yang dipamerkan ini, kita bisa melihat secara jelas konsistensi, resistensi, dan di saat yang bersamaan, eksperimentasi juga progresivitas yang dimiliki Arahmaiani dari tahun ke tahun.