Jogjakarta terletak pada sumbu imajiner yang merentang dari dari Utara ke Selatan yang menghubungkan Gunung Merapi di Utara dengan laut Selatan pantai Parangkusumo dengan melewati Keraton Yogyakarta. Garis ini memiliki makna filosofis yang sangat tinggi dan menjadi salah satu acuan tata kota dari wilayah yang dilewatinya. Pada area perkotaan yang lebih pendek, dari penggal Tugu Pal Putih di Utara hingga Panggung Krapyak di Selatan pada jalur sumbu imajiner terdapat sumbu filosofis. Atas dasar konsep spiritual inilah kota Jogjakarta dibangun lebih dari 250 tahun yang lalu.
Kawasan Malioboro adalah sepenggal jalan yang berada pada jalur sumbu filosofis sebagai pusat kota dimana kegiatan perdagangan, pariwisata, perekonomian dan perkantoran serta kegiatan budaya berlangsung. Lebih dari 250 tahun yang lalu Malioboro telah menjelma menjadi sarana kegiatan ekonomi melalui sebuah pasar tradisional pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I. Sejak tahun 1758 sampai sekarang Malioboro masih terus bertahan sebagai kawasan perdagangan dan menjadi salah satu daerah yang mewakili wajah kota Yogyakarta.
Pemerintah bekerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia DIY berusaha mendapatkan solusi terbaik dalam pengembangan Malioboro ke depan dengan cara mendialogkan kompleksitas persoalan yang melekat seiring perubahan jaman dan kepentingan. Pengembangan Malioboro ke depan membutuhkan solusi holistic, yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Ada tiga harapan yang hendak diperoleh, antara lain:
- Pembaharuan demi keberlanjutan kawasan bersejarah, atau menghargai sejarah perkotaan demi keberlanjutan kawasan dan masa depan yang lebih baik.
- Penguatan kearifan lokal menuntut penghargaan lokalitas melalui Arsitektur yang menginspirasi dibutuhkan.
- Dan menghargai konteks lingkungan yang cerdas, ramah dan berbudaya-seni untuk meregenarasi kota di masa depan.
Culture Heritage Talks diadakan untuk menampung banyak gagasan dari pakar sosiologi, antropologi, planologi, arkeologi, budayawan, seniman, arsitek dan tokoh masyarakat, mengenai bagaimana melihat malioboro secara khusus dan relasinya dengan Yogyakarta secara lebih luas baik dalam kerangka masa lalu dan kini, menuju masa depan yang diimpikan. Acara ini diselenggarakan dalam 3 sesi serial webinar berturut-turut 20 januari, 03 Februari dan 17 Februari 2022. Adapun sub-tema setiap sesi adalah:
- Respecting the Urban history to Sustain the Old for better future
- Respecting Genius Loci through Inspiring Architecture
- Respecting Green-Art-Smart Context to regenerate the Old
Kegiatan ini sebagai bagian dari rangkaian Musyawarah Provinsi IAI DIY yang ke 10 dan menuju wawasan dalam memandang perencanaan Yogyakarta kedepan, tanpa melupakan masa lalu dan masa kini.