Berada di ketinggian, vila yang terlihat seolah menggantung ini diberi nama Hanging Villa oleh arsitek yang merancang dan membangunnya. Terletak di sisi pegunungan di wilayah Bandung – Jawa Barat, lokasi berbukit ini memberikan keuntungan serta keistimewaan tersendiri dengan keindahan pemandangan lembah-lembah curam di sekelilingnya.
Kepedulian dan kepiawaian dalam mempertahankan keindahan alam di daerah perbukitan yang tetap dijaga keasriannya ini diperlihatkan oleh arsitek Tonny Wirawan Suriadjaja dalam mendesain vila ini. Menurutnya: “Arsitektur merupakan suatu kemampuan dalam menyelaraskan dan mengadaptasi keindahan kekuatan alam.”
Massa bangunan vila disusun seperti sebuah kotak vertikal yang diputar dengan sumbu pada sudut diagonalnya, sehingga menciptakan berbagai pemandangan visual yang berbeda pada setiap tingkat lantainya. Penghuni dapat menikmati pemandangan di sekitarnya sampai dua ratus tujuh puluh (270) derajat, ke arah lembah hijau indah yang mengitarinya..
Strategi ini memungkinkan adanya pengalaman yang berbeda pada tiap ruangnya, mulai dari lantai bawah, lantai utama hingga ke lantai atap teras kayu pada puncak bangunan yang menghadap ke arah lembah di sekelilingnya .
Bangunan ini memiliki menara sirkulasi vertikal mulai dari bawah menuju ke arah pintu masuk yang letaknya dua puluh (20) meter di atas permukaan jalan. Penghuni maupun tamu yang datang dapat menikmati pemandangan sekitar melalui jembatan kayu yang menggantung, melintasi taman air sebagai elemen penyambutan.
Setelah melewati jembatan gantung dan taman air kemudian akan masuk ke ruang tamu yang menyatu dengan ruang makan dan dapur yang terbuka. Baik ruang tamu dan ruang makan dinding pembatas dengan ruang luarnya dibuat dari kaca utuh hingga ke langit-langit. Bukaan lebar dari kedua sisi ruang ini untuk dirancang untuk memaksimalkan pandangan ke alam sekitar yang menawan serta akses masuknya cahaya alami dan sejuknya udara pegunungan
Pada lantai di bawahnya terdapat kamar tidur utama yang terletak agak di ujung tebing sebagai area terpisah dan bersifat pribadi, dengan tetap mempertahankan pemandangan terbaik ke arah lembah.
Atap dengan konstruksi yang dapat bergeser pada puncak bangunan, memberikan naungan pada teras kayu terbuka yang berada di bawahnya. Lantai atas ini terdiri dari dek atap terbuka dengan furnitur luar ruangan yang terpayungi oleh naungan yang cukup teduh.
Material yang digunakan pada bangunan ini terdiri dari dinding beton natural dan slab, serta papan kayu daur ulang, dan kaca bening.
Ruang terbuka hijau di luar bangunan yang teduh dipertahankan sebagai esensi dari arsitektur tropis.
——————-
Penulis: Reny Sudarmadi
Arsitek & Desainer Interior: TWS Architect
Lighting Designer: SSA
Fotografer: Fernando Gomulya
Lokasi: Bandung, Jawa Barat