Terletak berdampingan dengan rumah yang tinggi bergaya arsitektur ‘Jengki’ , Rosetini pemilik hunian ini ingin rumahnya bisa mendapat cahaya cukup dan sosok arsitekturnya bisa “terlihat”, mengingat letaknya paling ujung dari beberapa rumah di lahan privat milik keluarga.
Arsitek Yori Antar, pendiri Rumah Asuh yang konsisten dalam membangun kembali rumah-rumah adat Nusantara, merancang rumah untuk Rosetini yang pencinta seni ini agak berbeda. Karya ‘Seniman Premium Indonesia’ seperti Teguh Ostenrik, Sunaryo, Rita Widagdo, Jeihan Sukmantoro dan yang lain, seolah menjadi “nafas” pada hunian yang dinamai House of Art, House of Rose.
Lahan yang terbatas serta gaya hidup dan kesukaan pemilik tak luput dari eksplorasi arsitek saat merancang rumah seni ini, yang dibangun dengan gaya Modern Tropical. Di atas lahan seluas 470 m2 dibuat bangunan berlantai tiga dengan atap berbentuk kerucut dan memiliki banyak bukaan kaca besar di setiap lantainya. Yori membingkai pemandangan di luar rumah sebagai vista yang dapat dinikmati dari dalam.
Memasuki halaman depan rumah yang berpagar rendah, layout tamannya dirancang sebagai tempat berkumpul santai untuk mengakomodir kesenangan pemilik bersosialisasi bersama sahabat dari komunitas seni dan lainnya. Sebuah batu besar dan panjang dengan permukaan datar ditempatkan sebagai sarana duduk santai.
Karya seniman kondang Teguh Ostenrik, ditampilkan di area depan berupa artwork bunga mawar kontemporer sesuai nama pemilik, dibuat dari material corten steel sebagai identity hunian ini yang ditempatkan menghadap pintu masuk utama. Di area fasad depan ditempatkan karya seniman Rita Widagdo, berupa “gagang pintu” dengan desain spesial. Di usianya yang tidak muda lagi, Rita Widagdo tetap memperlihatkan kepiawaiannya di dalam ‘meliukkan’ materi solid yang memesona.
Nuansa mansion house dengan sentuhan modern dihadirkan oleh arsitek di area foyer untuk mengakomodir koleksi porselen peninggalan orang tuanya yang berusia ratusan tahun, ditata pada lemari kaca berbingkai kayu berukir motif bunga mawar. Ruang tamu, ruang makan dan pantry dirancang menyatu tanpa sekat, terbuka langsung ke arah taman belakang. Ventilasi silang dan pengudaraan alami yang mengalir membuat suasana terasa nyaman.
Lukisan berukuran besar karya seniman Jeihan Sukmantoro menjadi focus of interest pada area ruang tamu yang ditata secara unformal dan cozy. Karpet anyaman berbahan alami di area ini terasa serasi dengan suasana tropikal yang dibangun. Terdapat ruang gym di samping ruang tamu yang menghadap langsung ke taman. Pemandangan hijau dan sejuk berupa vertical garden di taman belakang sebagai pembatas sekaligus elemen dekorasi natural.
Keinginan pemilik akan adanya artwork lain di area kolam renang diwujudkan arsitek dengan menghadirkan karya seniman Sunaryo berupa patung wanita bersantai “Leleson”, di atas cucuran air sebagai aksen outdoor dengan latar-belakang vertical garden.
Lantai dua digunakan untuk kamar tidur dan ruang fungsional. Selasar menuju ke kamar tidur dibatasi pintu geser transparan, berupa gebyok ukiran kayu jati halus dengan gagang pintu berukir bunga mawar. Lantai tiga dan rooftop difungsikan untuk ruang santai tempat berkumpul pemilik dengan kerabat dan ruang kerja anak.
Bentuk kerucut atap di lantai rooftop menjadi bingkai indah dari view sekelilingnya dengan pemandangan atap rumah tetangga yang disamarkan oleh pembatas transparan berupa laser cut metal. Motifnya diambil dari ragam hias tenun songket Palembang berupa pucuk rebung dan bunga mawar, asal daerah pemilik.
Rebung atau tunas bambu merupakan tumbuhan bermanfaat, dan bambu sebagai tanaman pagar kerajaan akan melindungi dari segala bahaya serta melambangkan kesejahteraan. Sedangkan bunga mawar adalah sebagai penawar sakit, penawar malapetaka, maupun penawar rindu bagi yang memakainya.
Yori berharap rumah ini bisa memberi ‘energi’ bagi penghuni dan menjadi sanctuary sebagai tempat tinggal dan bersosialisasi, sehingga House of Art dapat menjadi sarana rekreasi sekaligus hunian yang menyenangkan. Rosetini pun merasa betah, karena setiap ruang dan level rumahnya mempunyai cerita yang berbeda. Karya seni telah menjadi bagian integral penghuninya.
Penulis : Reny Sudarmadi
Principal Architect : Yori Antar
Architect in charge : Seisy Zakia
Designer Lighting : Hadi Komara
Ukiran : Han Furniture
Fotografer : Sefval Mogalana
Lokasi : Jakarta Barat