Hunian tropis yang dibangun di kawasan Jakarta Barat ini dirancang dengan analisa-analisa bangunan tropis yang ditandai dengan banyaknya kanopi dan penggunaan atap perisai dengan overstack sejauh 1,2 meter supaya hujan dan panas tidak masuk terlalu dalam. Mencoba membuat perbedaan diantara rumah intercon yang biasanya massa bangunan berada di tengah lahan dan dikelilingi taman, designer membangun innercourt di tengah hunian ini, sehingga area tengah kavling yang berpotensi menjadi area paling lembab dan tidak terkena matahari, justru menjadi sumber penghantar cahaya dan sirkulasi udara yang baik bagi seluruh area di dalam rumah ini.
Perjalanan memasuki hunian House of Seven Masses ini dirancang untuk memiliki pengalaman sekuensial, dimana pemilik rumah diajak untuk menghirup udara segar, melihat hehijauan, disertai gemericik suara air sebelum memasuki ruang-ruang dalam hunian ini. Hal tersebut dibuat karena owner bekerja jauh dari rumah dan harus melakukan perjalanan yang panjang, karena itu designer menentukan area porte cochere sebagai area transisi, sebuah tahap perjalanan yang membantu owner untuk memasuki tahap yang lebih rileks terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam rumah.
Material kayu, batu alam dan dinding tekstur saling dikomposisikan untuk membentuk suasana ruang-ruang yang taktil, dimana tekstur alami dapat disentuh dan dirasakan pada tiap detail-detail ruang.
Bagian interior dari hunian merupakan lanjutan konseptual dari ruang-ruang luar dan tidak terpisahkan dari arsitekturnya. Secara material, tekstur, dan finishing diadaptasi dari area luar agar tetap berkesinambungan dan harmonis. Selain itu, interior terwujud dengan bukaan kaca jendela besar yang mengelilingi innercourt, hal ini menciptakan visibilitas yang baik untuk penghuni dapat saling melihat satu sama lain di ruang-ruang yang terpencar di dalam area yang luas.
Tone dan ambience ruang dikomposisikan dari tatanan warna catur (hitam putih dengan touch of wood) yang terinspirasi dari personal interest owner akan permainan catur.
Perencanaan interior yang tepat menghasilkan ruangan yang efisien. Penggunaan dinding menjadi minimal karena perencanaan peletakan cabinet yang dapat berfungsi juga sebagai pembatas antar ruang. Hal yang menarik adalah hampir seluruh pintu dalam rumah berkamuflase dengan panel kayu, sehingga menimbulkan impresi ruang casual yang tidak berpintu.
Penulis : Manikya Cynthia, Eric Eka Putra
Arsitek : Spatial Sonata
Arsitek Prinsipal : Eric Eka Putra & Ilka Jovita
Fotografer : Mario Wibowo, William Kung