Asrinesia.com – Kriyanusa 2022, merupakan Pameran Kerajinan Tangan yang diselenggarakan oleh Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), diikuti oleh 147 peserta dari berbagai daerah. Pameran yang berlangsung pada 21-25 September 2022 di Hall A Jakarta Convention Center ini mengangkat tema “Semangat Bertahan Perajin Berdaya Saing”. Kegiatan ini dibuka oleh Ibu Negara Iriana Joko Widodo.
Salah satu peserta yang ikut berpartisipasi dalam pameran ini adalah Pertiwi Indonesia menghadirkan booth Rumah Pertiwi yang memamerkan produk Tenun Sulam Jelujur dari UMKM dan penenun di Pesawaran, Lampung. Tenunan ini dapat diaplikasikan sebagai elemen dekoratif interior hunian.
Dalam pameran ini, Rumah Pertiwi mengisi bootnya dengan menunjukkan indahnya interior dari Tenun Jelujur Pesawaran, berupa wallpaper, living room, bedroom sampai dining table yang dinamis.
Sulam Jelujur kini menjadi kerajinan tangan yang mendapat apresiasi dari masyarakat Lampung khususnya Kabupaten Pesawaran dan merupakan bagian penting dari peristiwa bersejarah di Lampung. Motif yang dibuat pada kain Sulam Jelujur tersebut berasal dari motif dari beragam peristiwa yang terjadi dikala transmigrasi terjadi untuk pertama kalinya di Indonesia.
Sehingga motif yang ditumbulkan merupakan rekam jejak dan warisan sastra Lampung yang diaplikasikan pada tehnik dan menyulam kain jelujur. Pada masa itu sulam jelujur hanya digunakan untuk pajangan saja, akan tetapi seiring perkembangan zaman dimodifikasi dalam bentuk seni kriya yang berupa fashion, ineior, aksesoris dan produk yang dihasilkan mulai meningkat dengan segala unggulan.
“Tenun sulam jelujur yang dikerjakan oleh penenun di Pesawaran Lampung merupakan warisan budaya adiluhung Indonesia yang memiliki potensi besar untuk bisa hadir ke dalam gaya hidup modern masa kini, sehingga kitalah yang harus melestarikannya,” demikian dikatakan oleh Dewan Pengawas Pertiwi Indonesia, Hireka Vitaya di Booth Rumah Pertiwi.
Pada masa lalu, sulam jelujur hanya digunakan untuk pajangan saja, akan tetapi seiring perkembangan zaman dan adanya peluang masyarakat dalam meningkatnya ekonomi, sulam jelujur kemudian dimodifikasi dalam bentuk seni karya yang berupa fashion, interior, aksesoris dan produk unggulan lainnya, untuk meningkatkan perekonomian.
“Pertiwi Indonesia melihat tenun sulam jelujur ini sebagai khasanah budaya tradisional yang membutuhkan pembinaan untuk bisa hadir dalam kekinian gaya hidup modern saat ini. Alternatif pemanfaatan bahan tenun sulam jelujur dari Pesawaran Lampung menjadi produk aksesoris dan elemen interior ternyata sangat menarik dan dengan kuat memancarkan karakter visual Indonesia,” jelas Hireka Vitaya.
Kerajinan tenun sulam jelujur telah berkembang sejak tahun 1905 seiring dengan kolonisasi dari Jawa menuju Lampung. Motifnya banyak terinspirasi dari kisah keagamaan dan peristiwa pada masa transmigrasi ke Lampung.
Menurut Hireka Vitaya, motif motif yang ada di kain sulam jelujur diantaranya Motif Kuncup Bambu ini umumnya dijumpai di kain-kain tenun Jawa dan Sumatera. Di Lampung, motif ini dikenakan perempuan yang sudah menikah dalam upacara adat dan melambangkan kesuburan.
Ada juga , adalah motif dengan bentuk kapal dan awaknya, menandakan pemakainya adalah seorang perempuan yang berderajat tinggi, seperti seorang istri penyumbang (Kapal Adat). Lambang kapal adalah penghormatan kepada masa lalu Lampung sebagai kekuatan maritim.
Dalam melakukan pembinaan bagi para penenun, Pertiwi Indonesia dan Cinta Tenun Indonesia didukung oleh Bank BNI dan Pemerintah Provinsi Lampung untuk melakukan langkah-langkah strategis seperti meningkatkan nilai produk agar melestarikan warisan budaya.
Beragam pelatihan, penyempurnaan teknik tenun, dan juga pewarnaan sintetis dilakukan agar mencapai kualitas produk tenunan yang lebih baik. Tentunya semua itu dilakukan dengan mengumpulkan dukungan dari berbagai pihak terkait dan sekaligus menjadikan desa tenun sebagai tujuan wisata.
“Harapannya kerajinan warisan budaya ini bisa tetap lestari dan hadir sesuai tuntutan dan kebutuhan gaya hidup modern masa kini yang secara langsung juga menguatkan perekonomian dan kesejahteraan para penenun serta masyarakat sekitar,” pungkas Hireka Vitaya.