Bogor sebagai penyangga ibukota sarat dengan objek wisata dan kuliner, dikenal sebagai kota pelajar dengan ada perguruan tinggi ternama di sini. Banyaknya mahasiswa pendatang memberi peluang bisnis tempat indekos, salah satunya seperti desain karya Ismail Solehudin.
Berdasar studi perbandingan dengan tempat indekos konvensional di sekitarnya, diketahui luas site relatif kecil ( 104,6m2 ) terletak di lahan urban yang sempit. Merancang rumah indekosan ini menjadi tantangan Arsitek dengan ide awal mengalihkan fungsi koridor menjadi unit tempat tinggal, serta menjadikan area tangga sebagai fungsi sosial penghuni yang menarik.
Bila desain kos-kosan konvensional adalah double loaded corridor, maka desain indekosan ini memiliki kelebihan dengan mempertahankan jumlah unit yang sama. Meski luas bangunannya sedikit lebih kecil, tetapi organisasi ruangnya efisien. Bangunan tiga lantai seluas 178m2 sebagai multi hunian di tengah pemukiman yang padat, memberi ide menampilkan wujud arsitektur bercitra kumpulan rumah bertumpuk.
Citra hunian ini diimplementasikan melalui ‘massa berundak’ yang terbentuk oleh sirkulasi utama tangga membentuk ruang split level dan diperkuat desain atap miring,seolah terfragmentasi mengikuti masing-masing grid unit hunian di bawahnya. Bentuk massa tersebut menjadi salah satu strategi respon terhadap iklim tropis, yang keuntungannya memiliki banyak jalur sirkulasi udara di dalam bangunan.
Strategi lainnya dengan membuat sisi masa bangunan tidak menempel ke dinding batas tetangga, sehingga dapat memberikan bukaan pada setiap unit hunian. Massa pilotis yang kekosongannya terhubung langsung dengan area void sebagai taman tengah (innercourt) ada ruang tangga dan area taman belakang. Kedua area tersebut berada diantara unit-unit hunian sebagai sumber udara dan cahaya.
Desain hunian dimaksimalkan menggunaan material lantai besi perforated pada pijakan tangga yang lebih ringan, tembus udara dan terang cahaya dari skylight. Fasadnya menggunakan zincalume dilapisi insulasi panas dan suara. Cara ini membuat panas dari luar ruangan dapat diredam, sehingga suhu ruang di dalam bangunan tetap nyaman.
Bangunan ini banyak menggunakan ekspos material untuk eksterior maupun interiornya. Struktur labih ringan dibuat pada area lantai paling atas agar mengurangi beban struktur di bawahnya. Atap dan dinding di area lantai atas menggunakan rangka besi, sedangkan untuk lantai dasarnya menggunakan material beton dan dinding bata ekspos. Material besi juga digunakan untuk kelengakapan furnitur meja dan bangku.
Massa bangunan didesain pilotis dan area kosong yang terjadi di lantai dasar difungsikan sebagai ruang penunjang, seperti area parkir, ruang bersama, servis area dan area hijau di tengah bangunan. Area tangga dan fasad ditambahkan planter box untuk penghijauan. Tangga sebagai satu-satunya sirkulasi menuju unit kamar didesain sebagai sculpture dengan system suspended structure menggunakan baja dan besi.
Bangunan dibuat menarik dengan warna kontras terhadap lingkungan, dan membuatnya seperti sculpture yang membuat penghuninya seolah tinggal di dalam sebuah karya seni. Inilah point of interest dari bangunan indekosan tersebut. Statement desain tersebut diperkuat dengan penggunaan warna merah pada fasad, sehingga mudah dikenali dan menjadi ikon tersendiri.
Bangunan ini terdiri dari 11 kamar tidur dengan kamar mandi dalam, masing-masing luasnya sekitar 10,3m2 dilengkapi dengan bukaan jendela dan pencahayaan dari void yang tercipta. Fasilitas lainnya terdapat dapur umum, ruang jemur, dan parkir serta ruang duduk bagi penghuni bersosialisasi.
Penulis : Denyza Sukma
Photographer : Andy Prayitno – MWP
Lokasi : Bogor – Jawa Barat
Designed : Ismail Solehudin Architecture
Principal Designer : Ismail Solehudin
Assistant Designer : Jamilah Uswah
Structure : Setyadi Muztaba
Contractor : Wanibuild
Project Manager : Ali Yazid Bustomi
Site Manager : Zaini Tamrin