Seni keramik merupakan cabang seni rupa yang mengolah material keramik hingga menjadi karya seni dari yang bersifat tradisional sampai kontemporer, sebagai bentuk seni dekoratif, atau pun sebagai benda pakai , keramik sudah popular sejak lama. Kriya keramik sudah makin beragam baik motif maupun bentuknya, baik motif yang tradisional sampai yang modern.
Untuk produk jenis yang sekarang banyak dijumpai adalah tanah liat jenis stoneware, karena pembakarannya bisa mencapai 1250 derajad Celcius, sehingga tidak mudah ditembus oleh air, dan aman untuk makanan, terlebih lagi jika dilapisi glazir. Jenis tanah stoneware inilah yang banyak digunakan dalam dunia industry rumah tangga dan manufact. Pengaruh seni modern yang juga berimbas ke tanah air, kini tanah liat dapat dipakai untuk keperluan membuat benda yang dapat dipakai untuk sehari-hari.
Hal inilah yang mendorong Roy Wibisono, seorang yang berlatarbelakang pendidikan Kimia dari Universitas Diponegoro (Undip), yang memiliki ketertarikan untuk mengembakan usaha keramik benda pakai. Usaha yang didirikannya sejak Agustus 2019 lalu ini memang tidak mainmain. Melalui riset yang dilakukan oleh tim yang dibentuknya, usaha yang dirintisnya tersebut kini mampu menembus pasar global.
“Melihat perkembangan resto dan café yang semakin menjamur, mendorong kami untuk mengadakan riset yang lebih mendalam, mulai dari bentuk, ukuran, dan warna, sehingga produk yang akan kami produksi tepat sasaran. Saat ini produk kami banyak mensuplai resto atau café. Maka pemilihan desain dan warna harus menarik dan instagramable, dan trendi khususnya untuk para penikmat minuman bagi kaum muda atau keluarga muda. Kalau cangkir atau gelas bagus pasti mereka foto dan posting di media sosial. Hal ini banyak berpengaruh bagi kami karena dari situlah banyak yang menanyakan produk tersebut, dan tentunya hal ini turut memperkuat branding, ” ungkap Roy
Material yang dipakai seratus persen lokal, tanah liat yang dipakai berasal dari Sukabumi, Pacitan, dan Kebumen, ketiganya kemudian dicampur untuk menghasilkan adonan clay yang sesuai. Pewarnaan merupakan hal terpenting, untuk itulah Roy lebih mengedepankan pemakaian bahan-bahan yang natural yang dapat memberikan efek-efek yang tak terduga. Untuk pewarnaan, dipilih warna-warna yang reaktif atau unik dan berkesan rustic. Produk handmade ini melalui proses pembuatan yang tidak mudah, setelah adonan dibentuk dilakukan proses pembakaran dua kali, tahap pertama pembakaran biscuit ( 800 derajat Celsius), kemudian diberi glazir( diberi warna ) dan dibakar kembali dengan suhu 1250 derajad Celsius selama 24 jam.
Saat ini produk gelas (mug) memang lebih mayoritas dibanding produk lainnya seperti piring keramik dan perangkat penunjang lainnya yang bermateri kayu jati dan kayu limbah yang diolah kembali. Untuk saat ini, ada dua ukuran gelas yang laris di pasaran, yaitu 200 cc dan 150 cc. Usaha yang berbasis di Salatiga, Jawa Tengah, ini sudah ekspor ke Saudi Arabia, Qatar, India, Dubai, dan Australia. Sedangkan pasar dalam negeri lebih didominasi di Jakarta, Surabaya, Bogor, Bandung, dan Makasar, serta beberapa kota besar lainnya.
Dengan target market konsumen berusia antara 20 tahun – 40 tahun, tentunya trend warna memegang peran penting, berdasarkan riset yang dilakukan tren warna tahun ini, biru. Warna biru menjadi patokan dasar dalam pewarnaan produk kemudian dikombinasikan dengan warna lainnya sehingga menghasilkan paduan warna yang atraktif dan berkesan rustic. Paduan warna tersebut sangat disukai konsumen baik di luar maupun dalam negeri.
Di masa pandemic seperti saat ini, produksi setiap bulan meningkat drastis, bahkan saat ini kapasitas produksi sudah penuh sampai lima bulan kedepannya. Kapasitas produksi kalah dibandingkan dengan jumlah permintaan pasar, inilah yang terjadi dari produk tersebut, karena kualitas yang baik dan memenuhi selera pasar, maka usaha produk keramik ini kini menjadi “leader” bagi usaha sejenis khususnya di daerah Jawa Tengah, sesuai makna dari brand yang diembannya.
Penulis : Denyza Sukma
Foto : Koleksi Naruna