Asrinesia.com – Untuk mengantisipasi pandemi yang belum diketahui kapan berakhir, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta bersama Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) berkolaborasi dengan sejumlah pakar, (09/04/22)
Antara lain dari Tim Mitigasi IDI yakni dr. Weny Rinawati, SpPK(K), MARS, Arsitek praktisi/akademisi Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Bandung yaitu Ir. Ahmad D. Tardiyana, MUDD, dan Direktur PT. Airkon Pratama/ Initiator & Core-founder dari Green Building Council Indonesia (GBCI) yakni Ir. Rana Yusuf Nasir, IPM, GP.
Mereka berdiskusi dalam seminar daring (webinar) yang diselenggarakan oleh Bidang Pengkajian Arsitektur IAI Jakarta membahas tentang bagaimana langkah-langkah selanjutnya yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan ruang arsitektur dan lingkungan terbangun di era pasca pandemi setelah semua sudah bertahan dan melakukan adaptasi menuju tatanan hidup ke depannya.
Dalam materi yang disampaikan oleh dr. Weny Rinawati, SpPK(K), MARS – Tim Pedoman dan Protokol, Tim Mitigasi PB IDI bahwa virus termasuk corona merupakan agen infeksius yang bisa menginfeksi makhluk hidup lainnya dan memiliki ciri sebagai makhluk hidup dan juga bukan makhluk hidup.
Pada kondisi pasca pandemi diperlukan adanya pengendalian teknik yang bertujuan untuk mencegah risiko transmisi infeksi seperti dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan yang telah dijalankan selama ini secara benar.
Rancangan ruangan dengan ventilasi udara yang baik dan penempatan posisi pengguna ruangan harus dipertimbangkan untuk mencegah seseorang tertular dari covid-19.
Sementara itu Ir. Ahmad D. Tardiyana, MUDD – Arsitek Praktisi dan Akademisi Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) menyampaikan bahwa sejak tahun 2020 pandemi covid-19 telah melakukan disrupsi pada seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Arsitektur adalah suatu hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari dan oleh karenanya harus mengakomodasi kebutuhan dan persyaratan baru dari penggunanya agar dapat terhindar dari covid-19.
Dengan demikian harus terdapat pengakomodasian berbagai kemungkinan terkait kebutuhan pasca pandemi.
Dari Ir. Rana Yusuf Nasir, IPM, GP – Direktur PT. Airkon Pratama, Initiator dan Core Founder Green Building Council Indonesia (GBCI) menyampaikan dalam materinya bahwa pergantian udara segar dari luar bangunan merupakan hal yang mutlak dibutuhkan pada bangunan gedung.
Hal tersebut dapat dilakukan antara lain dengan centralized fresh air melalui shaft dan juga melalui penggunaan operable windows, walau aspek keselamatan juga perlu diperhatikan bila diterapkan pada bangunan gedung tinggi.
Hal ini tentunya memerlukan penyesuaian terhadap rancangan fasad bangunan. Pengembangan perancangan arsitektur bangunan kedepannya harus difokuskan dan memusatkan diri pada faktor manusianya.
Sementara itu Ar. Sigit Kusumawijaya, IAI, GP, Ketua Bidang Pengkajian IAI Jakarta menyampaikan bahwa tujuan seminar daring dan diskusi yang dilaksanakan ini adalah agar dapat tercipta rekomendasi gagasan yang dapat dimasukkan bukan hanya ke dalam pertimbangan rancangan arsitektur dan ruang dalam di kehidupan sehari-hari saja, namun juga ke dalam peraturan dan pedoman teknis keandalan bangunan tentunya berfokus pada aspek kenyaman dan kesehatan manusia sebagai pengguna bangunan.