Asrinesia.com – Keakraban kehidupan beragama di Indonesia yang majemuk merupakan potensi yang menakjubkan dan dikagumi masyarakat internasional. Kebersamaan yang saling menghargai kebiasaan umatnya masing-masing, terlihat juga dari keunikan arsitektur bangunan ibadahnya seperti Masjid, Gereja, Pura, Candi, dan Wihara yang banyak di pelosok negeri ini.
Bangunan Gereja sebagai rumah ibadah umat Nasrani di Indonesia, memiliki sejarah cukup panjang, dan mulai dikenal sejak Arsitek Belanda C.P.W. Schoemaker membangun dua rumah ibadah dari aliran yang berbeda, yaitu Gereja Katolik Katedral St. Petrus dan Gereja GBI Bethel di Bandung.
Pembangunan rumah ibadah ini terus berkembang, sehingga masyarakat dapat menyaksikan arsitektur Gereja dari berbagai masa kejayaannya. Namun karena filosofi Bangunan Gereja belum banyak diungkap, maka Komisi Liturgi dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), diwakili Romo Sridanto Aribowo N, Pr, mengawali seminar dengan pengenalan tentang Gereja.
Seminar popular yang diselenggarakan oleh Majalah Asrinesia dan Kenari Djaja, kali ini mengenalkan tentang Perencanaan arsitektur dan interior gereja melalui Seminar berjudul Ekspresi Arsitektur Bangunan Gereja, pada 22 Februari 2024.
Masyarakat pemerhati bangunan ibadah dan para arsitek muda yang haus informasi arsitektur, perlu mendengar pengalaman merancang rumah ibadah gereja, mengingat tidak banyak Arsitek maupun Desainer Interior yang berkesempatan merancangnya.
Arsitek Dinar Ari Wijayanti, praktisi arsitektur dari Universitas Kristen Indonesia (UKI) dengan pengalaman dan pengetahuannya tentang bangunan gereja Katolik, telah menulis tentang sejarah dan panduan merancang Arsitektur Gereja Katolik. Dari pengalamannya berhasil dihimpun sebagai pedoman praktis tentang hakikat arsitektur gereja yang sangat bermanfaat dalam merancang suasana ibadah dan kegiatan gereja yang kudus.
Seorang Arsitek praktisi lainnya Samuel A. Budiono, M.Arch, BSAS, IAI – Founder/President Samuela A. Budiono & Associates membagikan pengalaman praktisnya dalam merancang beberapa bangunan Gereja yang pernah ditanganinya di Surabaya, Bandung, Medan, dan Jakarta. Dalam mendesain ekpresi arsitekturnya agar bangunan terlihat anggun, juga diterapkan desain interior yang menjadikan suasana Gereja terasa bermakna untuk mendukung kegiatan Rosario jemaatnya.
Pembahasan dalam Seminar Ekspresi Arsitektur Bangunan Gereja yang diselenggarakan secara virtual (Zoom) melibatkan peserta dari kalangan akademisi, professional arsitek dan desainer interior serta masyarakat pemerhati bangunan Ibadah umat Nasrani. Ternyata tidak semua bangunan Gereja harus dilakukan oleh Arsitek beragama Nasrani, sebagaimana juga tidak semua Masjid dibuat oleh Arsitek Muslim seperti Arsitek F. Silaban.
Seminar berlangsung menarik dan aktif, dipandu oleh moderator yang juga entrepreuner Onie Dian Sanitha,ST, MT, seorang dosen Arsitektur dari Universitas Palangkaraya – Kalimantan Tengah.