Burung hantu adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo Strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas (karnivora, pemakan daging) dan merupakan hewan malam (nokturnal). Namun di mata Ni Putu Eni Astiarini, pelukis asal pulau dewata ini sangatlah berbeda. Di matanya, hewan malam ini dapat tampil mengemaskan, lucu dan sedikit genit dengan kerlingan matanya yang aduhai.Menurut Putu Eni, hewan yang satu ini memiliki bentuk yang unik yang berbeda dengan jenis burung yang lainnya, selain itu burung hantu memiliki filosofi yang melambangkan kesetiaan karena burung ini hanya sekali kawin seumur hidupnya dan berkelana kemana-mana hanya dengan satu pasangan saja, disamping itu burung hantu mempunyai daya juang yang tinggi, sedikit bicara tetapi banyak mendengar dan mengamati dengan tatapan matanya yang tajam. Kelebihan lainnya adalah kemampuannya dalam memburu mangsanya tak perlu diragukan lagi, serta kepalanya dapat berputar 180 derajad.
Kelebihan yang dimiliki hewan inilah yang membuat pelukis asal Bali ini untuk menuangkannya ke atas kanvas sebagai objek utama dalam berkarya serta banyak memberikan inspirasi dalam berkarya seni lukis. Dengan menggunakan media kanvas, acrilyc, water colour, bahkan mix media, yang menggunakan limbah plastik dan sisa-sisa sesajen upacara adat, Putu Eni menuangkan objek tersebut dalam aliran dekoratif, sehingga tampilan si burung hantu menjadi lebih cantik.
Untuk komposisi warna, biasanya disesuaikan dengan tema yang akan dilukis karena hal ini sangat berpengaruh dengan apa yang akan disampaikan. Dalam tehnik melukis, biasanya ada yang menggunakan paletan untuk memberikan kesan tebal dan tekstur, juga menggunakan tehnik gradasi, khususnya dalam pewarnaan mulai dari warna terang ke gelap dan biasanya dilakukan sampai empat gradasi warna untuk mencapai warna yang diinginkan.
Putu Eni yang lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini, sebetulnya sudah melukis sejak lama dengan objek lainnya, hal ini terbukti sejak tahun 1992 sudah berpameran hingga saat ini, namun beberapa tahun belakangan ini lebih spesifikasi pada objek hewan burung hantu dengan alasan tersebut di atas. Untuk lukisan yang berema burung hantu, ibu muda ini sudah menghasilkan sekitar 30 buah lukisan, dengan ukuran paling terkecil 30 x 30cm dan terbesar 200 x 150cm.
Berbicara tentang pelukis wanita, Putu Eni berpendapat bahwa tidak sebanding jumlahnya dengan pelukis pria, karena sebagai wanita yang juga sebagai isteri dan ibu, wanita memiliki gerak yang terbatas sesuai kodratnya sebagai wanita Timur. Namun baginya, hal tersebut bukan menjadi alasan untuk tidak berkarya, selama masih bisa membagi waktu. Hal ini dapat dibuktikannya dengan “melahirkan” karya-karya terbarunya yang beberapa waktu lalu dipamerkan di sebuah hotel besama kelompok pelukis wanita lainnya di daerah Tangerang. Harapannya semoga melalui karyanya para pecinta dan penikmat seni lukis dapat mengapresiasi karyanya dan dapat memberikan inspirasi serta motivasi bagi siapa pun.
Penulis : Denyza Sukma
Pelukis Ni Putu Eni Astiarini
Foto : Koleksi Pribadi