Bangunan gereja seluas 1600m2 ini di buat untuk menggantikan bangunan gereja yang ada sebelumnya yang sudah tidak lagi layak untuk di pakai, baik secara fisik bangunan maupun secara kapasitasnya untuk menampung umat di sana.
Secara bentuk gereja ini mengambil ide dan mengadopsi bentuk dari bentuk gereja yang sudah ada agar lebih mudah di terima oleh kesederhanaan umat disana, yang di gabungkan dengan ide bentuk gudang tembakau, yang di dapati oleh arsitek ketika melakukan perjalanan kesana.
Kenapa muncul ide bentuk “gudang”?.Karena “gudang” secara fungsi adalah tempat untuk “menampung” demikian juga halnya dengan “gereja” yang juga berfungsi “menampung” umat baik secara struktur fisik maupun struktur non fisik keimanan sebagai manusia dengan segala “suka” dan” duka” yang di bawa oleh umat, dengan cara beribadah sesuai tata cara ibadah dan aturan di dalamnya, dengan demikian di harapkan secara bentuk bangunan ini mampu men”citra”kan” lokalitas” baik secara fisik maupun kesederhanaan umat pemakainya, dan kelokalan ini di tunjang juga dengan mengadopsi beberapa corak batik khas banyuwangi sedangkan corak yang di pilih adalah corak yang mempunyai makna yang berkaitan dengan ibadah dan masyarakat banyuwangi , dimana corak batik ini di adopsikan dengan beton cetak berbentuk tile bujursangkar yang di kerjakan secara manual untuk di tempelkan di dinding “Altar” gereja.
Dinding pembatas ruang dalam dan luar dari gereja ini sengaja dibikin berpori dengan material bata yang di susun kerawangan yang di ambil dari pola seperti dinding bambu pada gudang tembakau yang diadopsi dan di kembangkan agar susunan bata ini mampu untuk udara dapat bersirkulasi dengan cukup karena bangunan ini di buat sistem sirkulasi udara secara pasif, dinding ini sengaja di buat masif pada ketinggian mata umat saat duduk dengan tujuan agar umat saat melakukan ibadah tidak terganggu secara visual dan tetap dapat berkonsentrasi dan fokus ke arah Altar saat melakukan ibadah. Demikian pula dalam penggunaan material yang dipilih, material yang di pakai dipilih sesederhana mungkin dan banyak di sekitar daerah sana, sedangkan material kayu sebagian besar di peroleh dengan memanfaatkan kayu bekas dari bangku dari gereja yang lama untuk di pakai kembali.Pada bagian bagian gereja yang bersifat sakral berpatokan pada aturan baku yang harus di ikuti agar tidak mengurangi kesakralan secara makna dan fungsi dari gereja itu sendiri
Penulis : Hadiwidjaja Tjoea
Arsitek : @hadiwidjaja_tjoea, Atonius Aryo
Kontraktor : @rofinussun
Pematung : Osteo, Sigit Priyadi
Fotografer : @sonnysandjaya
Lokasi : Gereja Katolik Paroki Kristus Raja Genteng – Banyuwangi – JawaTimur