Asrinesia.com – Salah satu yang membuat wisatawan mancanegara datang ke Indonesia adalah ingin melihat keunikan arsitektur tradisional nusantara, yang memiliki nilai budaya yang luar biasa. Arsitektur tradisional tersebut tampil dalam balutan seni bangunan dan filosofi adat lokal yang mengagumkan. Seperti contohnya ciri khas pada bangunan Rumah Batak di Sumatera Utara.
Bentuk Rumah Batak yang banyak diketahui dari bentuk atap dan ukiran seninya membuktikan kehidupan masyarakat Batak telah lama dalam mengenal arsitektur sebagai hunian dan kelengkapan ritualnya.
“Penggunaan material kayu dan bambu yang menjadi karakter bangunannya, memberi nilai pada peninggalan tradisional rumah-rumah adat di bumi nusantara. Diharapkan suatu saat ada bangunan rumah Batak modern yang dikembangkan dengan tetap menghargai keluhuran nilai filosofi dan tradisi Batak,” ucap Direktur PT Kenari Djaja Prima, Hendry Sjarifudin, pada pembukaan seminar virtual ARSITEKTUR RUMAH BATAK, Kamis (17/11/2022).
Arsitektur khas Rumah Batak menarik perhatian Kenari Djaja dan Majalah Asrinesia bersama Bidang Pengkajian dan Pelestarian Arsitektur Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Sumatera Utara, kemudian membahasnya dalam seminar virtual arsitektur.
Seminar menampilkan Narasumber Ar Yori Antar IAI, AA (Pegiat Arsitektur Nusantara), Ar Franky Simanjuntak IAI (Pegiat Arsitektur Vernakuler Indonesia (AVI)), Baja Panggabean, ST (Pegiat Arsitektur Tradisional Batak Toba), dan Jestral Tambun (Pande Seni dan budaya khas Batak Toba).
Bertindak sebagai Keynote Speaker adalah Ar Achmad Aryanto IAI. AA (Ketua IAI Sumatera Utara) dan Moderator oleh Ar Peranita Sagala, IAI (Dosen Arsitektur Universitas Pancabudi Medan).
Pada seminar Arsitektur Rumah Batak mengungkapkan tentang karakter arsitektur khas Sumatera Utara sebagai potensi yang memberi rasa bangga kepada bangsa Indonesia.
Menurut penelusuran Baja Panggabean dan Jesral Tambun, latar belakang dan sejarah rumah adat Batak di seluruh pelosok Sumatera Utara, pada umumnya hampir sama.
Seni tradisional dan adat Batak pada bangunan yang dilestarikan memperlihatkan tingginya nilai peradaban budaya masyarakat Batak, sebagai potensi yang membanggakan di Sumatera Utara.
Keindahan arsitektur bangunan tropis di Tanah Batak ini juga dibuktikan dari penelusuran yang lebih detail oleh arsitek Franky Simanjuntak IAI, pegiat Arsitektur Vernakular Indonesia (AVI). Rumah Batak Pakpak yang masih tersisa keindahannya dikaji untuk dapat dibangun kembali dari kepunahannya dalam upaya pelestarian, agar bermanfaat dalam fungsi yang baru, dan menapaki jejak Arsitektur Nusantara di Sumatera Utara.
Cerita tentang keindahan, keluhuran dan potensi Arsitektur Nusantara yang bisa menjadi daya tarik pariwisata Indonesia, disampaikan arsitek senior Yori Antar IAI, yang telah lama menelusuri peninggalan budaya nenek moyang kita. Pengalamannya berkeliling pelosok di Indonesia maupun luar negeri, memberi informasi yang inspiratif tentang merawat situs sejarah seperti peninggalan arsitektur tradisional di tanah Batak ini.
“Rumah Batak banyak memiliki ragam seni dan budaya yang menarik, sehingga ke khasannya membuat sangat dirindukan oleh mereka yang sedang berada jauh dari Sumatera Utara,” ujarnya.
Seminar ini juga membuktikan bahwa, rumah tradisional Batak masih mampu memberi inspirasi dan semangat peradaban pada perkembangan Arsitektur di Nusantara. Maka bagi Arsitek anggota IAI yang mengikuti seminar ini, diberi Sertifikat serta nilai KUM profesi sesuai ketentuan.
Seminar yang dihadiri oleh Co Founder dan CEO PT Kenari Djaja Prima Hendra B Sjarifudin ini bisa disaksikan melalui aplikasi zoom dan di channel youtube Kenari Djaja dengan jumlah peserta mencapai lebih 700 partisipan dari kalangan professional, mahasiswa arsitektur dan interior, serta pemerhati arsitektur.