Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) telah mengadakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 2020 di Palu, Sulawesi Tengah pada 24-27 Februari 2021. Sedianya Rakernas ini akan di helat tahun 2020 namun akibat Pandemi Covid-19, yang mulai merebak pada awal tahun 2020, maka Rakernas ini baru terlaksana pada Pebruari 2021 ini.
Rakernas bertemakan Arsitektur, Kota dan Resiliensi, serta rangkaian acara pendukungnya, salah satunya adalah dengan mengadakan Webinar Manajemen Bencana bagi Arsitek.
Dalam Webinar yang diikuti oleh ratusan peserta ini menampilkan narasumber I Ketut Rana Wiarcha, IAI., AA. – (Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia), Ariko Andikabina, IAI. – (Sekretaris Jenderal Ikatan Arsitek Indonesia), Taswin Bulu, IAI. – (Ketua Ikatan Arsitek Indonesia, Provinsi Sulawesi Tengah).
Taswin Bulu, IAI menyatakan, “Kami mengambil hikmah baiknya saja, diundurnya Rakernas IAI ini memberikan kami cukup waktu dan ruang untuk memberikan sedikit sumbangsih bagi Rekan-Rekan terdampak bencana di Majene-Mamuju, Sulawesi Barat.”
Dalam Webinar ini terkuak tentang membangun kota yang tangguh dan berkelanjutan adalah investasi bagi generasi selanjutnya. Selain harus dapat mendukung tujuan sosial-ekonominya, pembangunan sebuah kota yang paling mendasar harus dengan kesadaran penuh terhadap bentang alamnya. Dalam rangka mempercepat menuju Indonesia Tangguh dan Berkelanjutan, berbagai pendekatan struktural dan non-struktural perlu dilakukan.
Selain itu, saat ini Arsitek menjadi salah satu tulang punggung dalam menanggulangi Bencana, terutama pada tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi dengan pendekatan struktural yaitu penerapan kaidah-kaidah bangunan dan infrastruktur tahan gempa. Namun sebenarnya yang menjadi perhatian adalah bagaimana Arsitek dapat berperan pada tahap pencegahannya. Bagaimana Arsitek dapat benar-benar berperan dalam Perencanaan Kota dan Tata Kota yang menjadi salah satu lingkup keahlian Arsitek sesuai UU Arsitek No.6/ 2017.
Tidak semua hal tentang bencana berdampak buruk bagi Indonesia, apabila seluruh stake holder kota-kota kita mau membuka diri dan saling berkolaborasi.
I Ketut Rana Wiarcha, IAI., AA., menjelaskan, “Rakernas ini selain membahas hal-hal yang bersifat internal organisasi, IAI juga membicarakan hal-hal eksternal yang berkaitan dengan isu isu kebencanaan. Ada banyak sekali jenis bencana di negeri kita ini yang merupakan ‘supermarket bencana’ yang harus kita respon dari berbagai disiplin, khususnya Arsitektur.”
Ditambahkan oleh I Ketut Rana Wiarcha, IAI., AA., “Ketika kita berprofesi sebagai Arsitek, kaidah-kaidah bangunan yang berketahanan dan berkelanjutan harus diperhatikan. Hal-hal itu harus melekat dalam kompetensi dasar kita sebagai Arsitek. Terutama untuk merespon bencana-bencana yang terjadi secara periodik di Tanah Air. Untuk itu, berbagai pembekalan bagi para anggota Ikatan Arsitek Indonesia dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan webinar tentang Kebencanaan ini.”
Gubernur Sulawesi Tengah, Drs. H. Longki Djanggola M.Si., melalui PJ Sekprov H. Mulyono SE., MM., menyampaikan dalam webinar ini, “Saya sangat berharap dalam forum ini kita dapat berbagi pengalaman menangani bencana, merefleksikan pengalaman kita bersama-sama, menarik berbagai pembelajaran yang pada akhirnya dapat menjadi bekal untuk mempercepat kesiap-siagaan operasi tanggap darurat maupun rehabilitasi dan rekonstruksi di Indonesia, khususnya di propinsi Sulawesi Tengah saat ini dan di masa mendatang.”
“Karya cipta tangan-tangan Arsitek yang humanis, berkualitas, nyaman dan terutama aman bencana bagi masyarakat. Disinilah peranan yang diharapkan masyarakat pada seorang Arsitek, yaitu mampu mengukur serta menentukan bangunan sebelum dibuat, baik itu rancangan ataupun ketahanannya terhadap bencana serta pemulihan infrastruktur pasca bencana. Sehingga tatkala terjadi kejadian ataupun bahkan bencana, seorang Arsitek harus mampu membangun, mengembalikan dengan lebih baik dari sebelumnya. Mari mempercepat menuju Indonesia Tangguh menghadapi bencana” ungkap H. Mulyono.
Terkait Peran Arsitek dalam situasi pasca bencana, Ariko Andikabina, menyampaikan, “Pada tahap tanggap darurat Arsitek dapat membantu dalam melakukan pemetaan serta melakukan perancangan berbagai fasilitas sementara yang diperlukan warga terdampak. Hal ini merupakan bagian dari Pengabdian Profesi Arsitek, bagaimana Profesi Arsitek bisa lekat dan dirasakan perannya secara langsung oleh masyarakat.”
“Arsitek harus berasosiasi dengan berbagai pihak dan penentu kebijakan, agar dapat memberikan sumbangsih yang lebih optimal dalam membangun Indonesia Tangguh dan Berkelanjutan,” jelas I Ketut Rana Wiarcha.
I Ketut Rana Wiarcha, menutup webinar ini dengan mengatakan, “Rakernas IAI 20#21 ini sebagai titik awal Ikatan Arsitek Indonesia menata perangkat organisasinya untuk dapat berkolaborasi lebih sistematis dengan banyak pihak, serta mempersiapkan Arsitek-Arsitek yang lebih professional dalam menghadapi tantangan-tantangan di masa mendatang.”
Sebagai catatan, IAI didirikan secara resmi pada tanggal 17 September 1959 di Bandung. Kini di usianya yang ke-61, IAI telah beranggotakan lebih dari 20.500 Arsitek yang terdaftar melalui 34 kepengurusan Provinsi.