Sejak dibuka pada 26 September 2019, ‘M Bloc Space’ ramai dikunjungi kalangan generasi milenial yang hype dan happening di kawasan yang semula adalah perumahan dinas Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri). Aset negara itu dioptimalisasikan menjadi ruang kreatif bagi musisi dan seniman serta ruang niaga bagi brand lokal.
Asrinesia berkesempatan berbincang dengan salah satu pencetus ide “Creative Hub” ini, yang juga sebagai Co-Founder M Bloc Space @mblocspace dan Founder Uma Seminyak @umaseminyak, Jacob Gatot Sura, arsitek jebolan ITB yang rendah hati, ramah dan humoris.
Jacob, panggilan akrabnya mengungkapkan, bahwa bidang “Ruang Publik” menjadi lebih diminatinya sebagai seorang arsitek. Keleluasaan dalam mengekspresikan “idealisme” ternyata lebih dapat diwujudkan bagi publik ketimbang mendesain sebuah rumah tinggal yang lebih bersifat personal.
Ia memulai karirnya sejak tahun 1990 dengan mendirikan konsultan desain arsitektur, Studio Arcadia Bintaro. Beberapa wahana di dalam Dunia Fantasi di lingkungan TIJA (Taman Impian Jaya Ancol), merupakan proyek ruang publik pertama yang dikerjakannya. Bersamaan dengan proyek di TIJA, Jacob juga menata ulang kawasan pinggir pantai Timur Ancol menjadi destinasi wisata yang layak bagi keluarga. Ia-pun sempat mengerjakan beberapa proyek Office Space, diantaranya Menara Antam, Menara Prima dan Wisma Pondok Indah.
Menurut Jacob, yang perlu diperhatikan dalam merancang ruang publik adalah End User. Walaupun secara umum ruang publik lebih untuk semua golongan dan umur, tapi pasti ada karakter khusus sehingga ruang tersebut sesuai dengan tema atau tujuan dibangun. Misalnya ruang publik untuk anak muda yang karakternya harus sesuai.
Contoh di M Bloc, ruang publik untuk anak muda sempat diprotes kaum ibu karena tidak ada ruang untuk menyusui bayi, tidak ada fasilitas playground untuk anak-anak seperti pada mall. Selain karena keterbatasan space, tentunya sebuah ruang publik tidak akan sulit menyenangkan semua orang, terutama yang di luar sasaran bukan?
Dalam misi dan visi keberadaan ruang publik ke depan, Jacob ingin merancang ruang publik yang inklusif dan sekaligus memperhatikan sustainibility-nya dari ruang publik tersebut maupun terhadap lingkungan yang harusnya berdampak positif.
Kalau temanya adalah reuse/ redevelopment mudah-mudahan bisa memberi inspirasi bagi pemilik properti. Ketika sebuah ruang publik selesai dibangun dan banyak pengunjungnya, Jacob merasa bahagia karena dia dan timnya bisa memberikan kontribusi kecil terhadap usaha memberi dampak positif, misalnya tingkat atau index kebahagiaan warga kota, positif attitude anak muda, kegiatan kreatif yang sesuai dengan kebutuhan anak muda dan warga kota.
The Breeze di Bumi Serpong Damai City, Serpong, Tangerang Selatan, Uma Seminyak di Kuta Utara, Bali dan sebagian kecil area untuk welcoming visitors di Garuda Wisnu Kencana Cultural Park (GWK) Bali, adalah ruang publik yang dirancang oleh Jacob sebelum M Bloc.
Sejak M Bloc booming di kalangan milenial, salah satu edukasinya adalah ruang publik tanpa parkir dan meniadakan unsur plastik sekali pakai. Kini hampir setiap minggu Jacob diundang dari berbagai pihak untuk melihat bangunan terbengkalai untuk dialih-fungsikan menjadi tempat menarik dan berdaya-guna tanpa harus membongkar.
Jacob sudah melangkah pada track yang disukainya, yaitu dunia “Creative Hub”. Langkah ini diyakini akan terus “mendaur-ulang” bangunan-bangunan tua yang terbengkalai untuk menjadi ruang publik inklusif sejalan dengan pesatnya perubahan dan perkembangan teknologi di era digital ini.
Penulis : Reny Sudarmadi
Fotografer : Yitzak Alfredo