Sebuah kolaborasi antara Desainer Interior dan Arsitek yang memiliki “gaya dan visi” yang sama akan melahirkan sinerji karya yang luar biasa. Hal inilah yang terjadi pada dua sosok yang sudah tidak asing lagi, Rudy Dodo dan Yori Antar.
Dodo, menerjemahkan konsep desain arsitektur rumah “Tropis, Moderen dan Bernuansa Budaya Jawa” dengan menarik ‘benang merah’ kedalam desain interior yang dikemas dengan konsep “Jawa Kolonial Moderen”.
Hampir semua pengerjaan kayu dikerjakan oleh pengrajin Indonesia, terutama dari Jepara. Lantai pada banyak ruang menggunakan ubin PC, motifnya ada yang dimodifikasi oleh Dodo, kecuali pada ruang keluarga dimana motif serta warna ubinnya adalah hasil rancangan Dodo. Ada kejadian lucu, pada saat ubin-ubin itu diterima di lokasi, kontraktornya menolak semua ubin karena ukuran dan tebalnya tidak presisi, dan mereka menghubungi Dodo untuk segera datang ke Singapura. Setelah Dodo menjelaskan bahwa ubin tersebut adalah produk hand made dan bisa dipasang, baru akhirnya mereka pasang dan setelah terpasang, mereka melihat dan mengakui “betapa indahnya produk buatan tangan”, jika dibandingkan dengan ‘mass production’.
Kepiawaian Dodo dalam memadu-padankan furnitur yang berasal dari beberapa gaya dan negara, membuat ruang keluarga memiliki “value” istimewa. Sofa berukir dari Indonesia dipadukan dengan coffee table karya desainer Perancis ternama, side table dari India serta kursi-kursi dari Italia, menyatu dan serasi dalam nuansa Jawa. Pada sudut terpisah diletakkan dua kursi dan meja antik yang mungkin umurnya sudah puluhan atau bahkan ratusan tahun.
Lemari antik dan enam koleksi wayang dirancang sebagai ‘art work’ yang atraktif dengan high light dari arah belakang. Ruang makan bergaya “Kolonial” dengan ciri khasnya, simetris. Meja marmer white Carara didesain berbentuk bulat, layaknya bentuk meja gaya kolonial. Motif kawung Jawa di ujung ruang, dengan lampu kristal menandakan kolonial Jawa, dan di sebelah kanan adalah full gebyok.
Unsur dekoratif seperti ukiran pada pintu masuk ke ruang tidur utama, Dodo hanya memberi arahan untuk ukirannya, namun untuk desainnya diserahkan kepada ahlinya, ‘seniman’ ukir Jawa yang piawai. Railing cast iron juga memiliki nilai yang istimewa. Beberapa dari railing ini antik dari Jawa yang dikombinasikan dengan replikanya.
Kamar mandi dikemas dengan pendekatan moderen kolonial yang kental. Bath-tub antik terbuat dari besi cor yang dilapis copper. Lampu dari Perancis, dan satu buah cermin antik, cermin yang lain merupakan replikanya. Sinerji Desainer Interior dan Arsitek yang luar biasa pada “Rumah Jawa Singapura” ini terasa mulai dari wujud arsitekturnya, “Tropikal Moderen” hingga interiornya yang bernafas “Jawa Kolonial Moderen”.