Rumah ini terletak di Rancamaya Golf & Country Club, sebuah kawasan residensial yang berlokasi sekitar dua puluh kilometer dari kota Bogor. Rumah Awrawikara dikelilingi rumah-rumah tanpa pagar dan pepohonan rindang di sepanjang jalan. Rumah Awrawikara juga didesain dengan tidak menggunakan pagar, melainkan rumput yang dinaikkan sehingga memberikan batas antara properti pribadi dengan akses di bagian luar. Difungsikan sebagai rumah akhir pekan, bangunan dirancang beriorientasi ke arah dalam untuk menciptakan privasi optimal bagi pemilik rumah.
Tidak ada kesulitan bagi arsitek Andra Matin dalam menciptakan desain yang diinginkan, karena pemilik rumah membebaskan arsitek untuk berimajinasi sesuai dengan brief awal, yaitu ingin memiliki rumah yang strukturnya terbuat dari kayu. Dari brief tersebut, maka lahirlah rumah Awrawikara.
Akses masuk merupakan sebuah lorong melewati kolam dan tebaran batu kerikil, lalu memasuki foyer yang menjadi titik temu dari area dapur, ramp menuju lantai atas, dan koridor menuju area komunal. Koridor ini dibatasi oleh partisi semi transparan berbentuk rak kayu pada satu sisi, dengan ujungnya difungsikan sebagai powder room. Ruang komunal di rumah ini terdiri dari area makan, area duduk dan pantry yang berada dalam satu garis linier. Ruang komunal ini juga memiliki pintu geser kaca yang menghadap ke area rumput luas dan kolam renang pada sisi samping.
Lantai atas diakses menggunakan ramp yang didominasi material kayu gelap namun perlahan di lantai atas menjadi terang dengan penggunaan kayu spruce. Lantai atas terdiri dari 3 ruang utama yaitu ruang studi, ruang tidur sekunder, serta ruang kamar tidur utama. Ketiga ruang ini memiliki bukaan besar menghadap area rumput dan kolam renang. Untuk menjaga privasi, akses visual dibatasi oleh panel-panel anyaman yang dapat digerakkan secara bersamaan untuk dibuka dan ditutup sesuai keperluan.
Dari foyer kamar-kamar tidur tersedia akses menuju area atap, yang difungsikan sebagai area terbuka dengan undakan yang dapat dimanfaatkan untuk area duduk dan bercengkerama, sambil menikmati pandangan ke arah Gunung Salak dan Pegunungan Gede-Pangrango.
Pembangunan rumah Awrawikara ini menggunakan sistem prefabrikasi yang dikenal dengan kata ‘Mass Timber Construction’, dalam artian komponen kayu yang menjadi struktur utama sudah difabrikasi sebelumnya di pabrik, kemudian diantar ke lapangan untuk dirakit. Sistem prefabrikasi di rumah ini menggunakan CLT (Cross Laminated Timber) dan Glulam (Glued Laminated Timber) dari kayu Spruce. CLT adalah kayu engineering di mana papan-papan kayu disusun berlawanan arah serat, dilem menggunakan lem struktural, dan dipress hingga menjadi panel. Bedanya dengan Glulam, pengepresan Glulam dilakukan mengikuti arah serat, sehingga bentuknya lebih menyerupai kolom atau balok.
Keuntungan sistem prefabrikasi dibandingkan dengan sistem pembangunan konvensional adalah proses pembangunannya yang lebih cepat, sehingga produktivitas di lapangan meningkat signifikan. Untuk Rumah Awrawikara, keseluruhan struktur lantai satu, mulai dari lantai, dinding, hingga atap hanya memerlukan waktu sekitar 4 hari. Hari pertama dimulai dengan melakukan adjusting ketinggian struktur H-Beam dan pemasangan semua lantai, hari ke dua pemasangan dinding bagian belakang, hari ketiga pemasangan dinding bagian depan, dan hari keempat sudah mulai memasang bagian rooftop serta cover membrane bangunan secara keseluruhan.
Keseluruhan kayu yang ada di rumah Awrawikara diproduksi dari pabrik Woodlam Indonesia. Cladding, Ceiling, semua pintu (Sliding, Interior, Entrance), Wall panelling, Bedframe, Fixed furniture, semua menggunakan produknya Woodlam Indonesia.
Harapan besar dari Woodlam Indonesia, dengan adanya rumah Awrawikara, bisa menjadi sebuah inspirasi untuk para arsitek untuk membangun lebih banyak karyanya menggunakan bahan material kayu yang berkualitas dan bersertifikat FSC & SVLK. Jika kayu yang digunakan pada sebuah proyek adalah kayu yang tidak bersertifikat (umumnya di pasar, penjualan kayu murah), maka bahan baku kayu akan berkurang karena diambil dari hutan secara illegal. Hargapun akan terus naik, dikarenakan pembabatan hutan (illegal logging) yang terus terjadi. Kayu bersertifikat memiliki peraturan main yang jelas, tidak boleh seenaknya potong semua pohon yang ada di lahan, tapi wajib untuk mengikuti ketentuan yang jelas (seperti, hanya boleh tebang pohon dengan diameter 60cm ke atas). Dengan cara seperti ini, akan tercipta keberlangsungan supply yang terus-menerus, regenerasi hutan, sustainability dan environmental responsibility. Jika Masyarakat dan para pemilik bangunan bisa memahami kepentingan menggunakan kayu yang bersertifikat, kemungkinan besar, hutan di Indonesia tidak akan punah.
Dengan bangunan ini, kami juga memperkenalkan inovasi terkini dalam teknologi pembangunan kayu menggunakan sistem prefabrikasi yang merubah cara kerja dan produktivitas pembangunan di Indonesia. Selain dari itu, Woodlam Indonesia juga memiliki harapan besar untuk meningkat kualitas hidup yang dialami oleh masyarakat Indonesia. Memang visi yang sangat sulit untuk dicapai, tapi harapan kami, we can do our part, through what we love. Which is good quality wood for excellent quality builds.
Text by : Jeshua Sadeli
Architects : Studio Andra Matin www.andramatin.com
Lead Architect : Andra Matin
Design Team : Andra Matin, Sovie Khuswa, Gana Ganesha, Aditya Akmal
Client : Jeshua Sadeli
Engineering by : Woodlam Indonesia
Wood Consultant : Woodlam Indonesia
Photographer : Mario Wibowo
City : Bogor Selatan